Tuesday, August 16, 2011

adakah ulama masa kini mendukung akhlak nabi?

adakah ulama masa kini mendukung akhlak nabi? ulama itu kan pewaris nabi.. Mcm mana akhlak nabi tu? adakah bila nabi di caci dan di hina nabi balas balik dgn kata2 yg x baik? perkataan sgt di jaga oleh nabi kita. pening tgk sesetengah ulama yg cepat melatah.

hanya pandangan penulis sahaja

Monday, August 15, 2011

Ilmu: NASIHAT PADA ISTERI YANG MEMPUNYAI SUAMI YANG BERMASALAH


السلام عليكم
apabila isteri diuji oleh suami yang bermasalah seperti panas baran,keras pale, xmo semayang, hisap dadah,menganggur xde arah, xbertanggungjawab dsbnya, tips pagi kita oleh ustazah Asni kurangkan membebel dan bercakap tetapi banyakkan berdoa... sesungguhnya suami lelaki yang punya ego yang kuat dan pendegil yang tegar hanya Tuan punya hati yang mampu mebaikinya.. ialah Tuan hati manusia Allah swt.. insyaallah moga dapat dipraktikkan oleh isteri yang sayangkan suami mereka.. wallahualam ....

di petik dari kawan aku, Wan Izzudin ..

Sunday, August 14, 2011

Kata-kata cinta


‎:: Aku belum tentu menikahi orang yang aku cintai. tapi aku akan mencintai orang yang aku nikahi ::



robbi.. mngkinkh dia adlah tulg rusukku, klo mmng bnr, mdhkn kmi dlm mmbngun cinta, agr kmi tentram bhgia hingg mnuju syurgamu.

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim..

Yaa Allah..
Karuniakanlah aku dari sisi-Mu seorang Istri yang baik dan lembut (penyayang), yang namanya harum dilangit dan dibumi, dan anugrahilah aku darinya keturunan yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mengabulkan do'a..

Aamiin yaa Allaah yaa Mujiib ad Du'aa...

Thursday, August 11, 2011

Aku bermimpi ...

Aku telah bermimpi dan dari tafsiran mimpi itu adalah aku akan memperolehi ilmu Kebajikan.. apakah ia??

Saturday, August 6, 2011

Kisah Cinta Khadijah r.a dan Rasulullah SAW

Kisah Cinta Khadijah r.a dan Rasulullah SAW

Siapakah khadijah?

Dia adalah Khadijah r.a, seorang wanita janda, bangsawan, hartawan, cantik dan budiman. Ia disegani oleh masyarakat Quraisy khususnya, dan bangsa Arab pada umumnya. Sebagai seorang pengusaha, ia banyak memberikan bantuan dan modal kepada pedagang-pedagang atau melantik orang-orang untuk mewakili urusan-urusan perniagaannya ke luar negeri.

Banyak pemuda Quraisy yang ingin menikahinya dan sanggup membayar mas kawin berapa pun yang dikehendakinya, namun selalu ditolaknya dengan halus kerana tak ada yang berkenan di hatinya.

Bermimpi melihat matahari turun kerumahnya

Pada suatu malam ia bermimpi melihat matahari turun dari langit, masuk ke dalam rumahnya serta memancarkan sinarnya merata kesemua tempat sehingga tiada sebuah rumah di kota Makkah yang luput dari sinarnya.

Mimpi itu diceritakan kepada sepupunya yang bernama Waraqah bin Naufal. Dia seorang lelaki yang berumur lanjut, ahli dalam mentakbirkan mimpi dan ahli tentang sejarah bangsa-bangsa purba. Waraqah juga mempunyai pengetahuan luas dalam agama yang dibawa oleh Nabi-Nabi terdahulu.

Waraqah berkata: “Takwil dari mimpimu itu ialah bahwa engkau akan menikah kelak dengan seorang Nabi akhir zaman.” “Nabi itu berasal dari negeri mana?” tanya Khadijah bersungguh-sungguh. “Dari kota Makkah ini!” ujar Waraqah singkat. “Dari suku mana?” “Dari suku Quraisy juga.” Khadijah bertanya lebih jauh: “Dari keluarga mana?” “Dari keluarga Bani Hasyim, keluarga terhormat,” kata Waraqah dengan nada menghibur. Khadijah terdiam sejenak, kemudian tanpa sabar meneruskan pertanyaan terakhir: “Siapakah nama bakal orang agung itu, hai sepupuku?” Orang tua itu mempertegas: “Namanya Muhammad SAW. Dialah bakal suamimu!”

Khadijah pulang ke rumahnya dengan perasaan yang luar biasa gembiranya. Belum pernah ia merasakan kegembiraan sedemikian hebat. Maka sejak itulah Khadijah senantiasa bersikap menunggu dari manakah gerangan kelak munculnya sang pemimpin itu.

Lamaran dari khadijah kepada Rasulullah s.a.w

Muhammad Al-Amiin muncul di rumah Khadijah. Wanita usahawan itu berkata

Khadijah: “Hai Al-Amiin, katakanlah apa keperluanmu!” (Suaranya ramah, bernada dermawan. Dengan sikap merendahkan diri tapi tahu harga dirinya)

Muhammad SAW berbicara lurus, terus terang, meskipun agak malu-malu tetapi pasti.
Muhammad SAW: “Kami sekeluarga memerlukan nafkah dari bagianku dalam rombongan niaga. Keluarga kami amat memerlukannya untuk mencarikan jodoh bagi anak saudaranya yang yatim piatu”

(Kepalanya tertunduk, dan wanita hartawan itu memandangnya dengan penuh ketakjuban)
Khadijah: “Oh, itukah….! Muhammad, upah itu sedikit, tidak menghasilkan apa-apa bagimu untuk menutupi keperluan yang engkau maksudkan,”. “Tetapi biarlah, nanti saya sendiri yang mencarikan calon isteri bagimu”.(Ia berhenti sejenak, meneliti).

Kemudian meneruskan dengan tekanan suara memikat dan mengandung isyarat
Khadijah: “Aku hendak mengawinkanmu dengan seorang wanita bangsawan Arab. Orangnya baik, kaya, diinginkan oleh banyak raja-raja dan pembesar-pembesar Arab dan asing, tetapi ditolaknya. Kepadanyalah aku hendak membawamu”.

khadijah (Khadijah tertunduk lalu melanjutkan): “Tetapi sayang, ada aibnya…! Dia dahulu sudah pernah bersuami. Kalau engkau mau, maka dia akan menjadi pengkhidmat dan pengabdi kepadamu”.

Pemuda Al-Amiin tidak menjawab. Mereka sama-sama terdiam, sama-sama terpaku dalam pemikirannya masing-masing. Yang satu memerlukan jawapan, yang lainnya tak tahu apa yang mau dijawab. Khadijah r.a tak dapat mengetahui apa yang terpendam di hati pemuda Bani Hasyim itu, pemuda yang terkenal dengan gelaran Al-Amiin (jujur). Pemuda Al-Amiin itupun mungkin belum mengetahui siapa kira-kira calon yang dimaksud oleh Khadijah r.a.

Rasulullah SAW minta izin untuk pulang tanpa sesuatu keputusan yang ditinggalkan. Ia menceritakan kepada Pamannya.

Rasulullah SAW: “Aku merasa amat tersinggung oleh kata-kata Khadijah r.a. Seolah-olah dia memandang enteng dengan ucapannya ini dan itu “anu dan anu….” Ia mengulangi apa yang dikatakan oleh perempuan kaya itu.

‘Atiqah juga marah mendengar berita itu. Dia seorang perempuan yang cepat naik darah kalau pihak yang dinilainya menyinggung kehormatan Bani Hasyim. Katanya: “Muhammad, kalau benar demikian, aku akan mendatanginya”.

‘Atiqah tiba di rumah Khadijah r.a dan terus menegurnya: “Khadijah, kalau kamu mempunyai harta kekayaan dan kebangsawan, maka kamipun memiliki kemuliaan dan kebangsawanan. Kenapa kamu menghina puteraku, anak saudaraku Muhammad?”

Khadijah r.a terkejut mendengarnya. Tak disangkanya bahwa kata-katanya itu akan dianggap penghinaan. Ia berdiri menyabarkan dan mendamaikan hati ‘Atiqah:

Khadijah : “Siapakah yang sanggup menghina keturunanmu dan sukumu? Terus terang saja kukatakan kepadamu bahwa dirikulah yang kumaksudkan kepada Muhammad SAW. Kalau ia mau, aku bersedia menikah dengannya; kalau tidak,aku pun berjanji tak akan bersuami hingga mati”.

Pernyataan jujur ikhlas dari Khadijah r.a membuat ‘Atiqah terdiam. Kedua wanita bangsawan itu sama-sama cerah. Percakapan menjadi serius. “Tapi Khadijah, apakah suara hatimu sudah diketahui oleh sepupumu Waraqah bin Naufal?” tanya ‘Atiqah sambil meneruskan: “Kalau belum cobalah meminta persetujuannya.” “Ia belum tahu, tapi katakanlah kepada saudaramu, Abu Thalib, supaya mengadakan perjamuan sederhana. Jamuan minum, dimana sepupuku diundang, dan disitulah diadakan majlis lamaran”, Khadijah r.a berkata seolah-olah hendak mengatur siasat. Ia yakin Waraqah takkan keberatan karena dialah yang menafsirkan mimpinya akan bersuamikan seorang Nabi akhir zaman.

‘Atiqah pulang dengan perasaan tenang, puas. Pucuk dicinta ulam tiba. Ia segera menyampaikan berita gembira itu kepada saudara-saudaranya: Abu Thalib, Abu Lahab, Abbas dan Hamzah. Semua riang menyambut hasil pertemuan ‘Atiqah dengan Khadijah “Itu bagus sekali”, kata Abu Thalib, “tapi kita harus bermusyawarah dengan Muhammad SAW lebih dulu.”

Khadijah yang cantik

Sebelum diajak bermusyawarah, maka terlebih dahulu ia pun telah menerima seorang perempuan bernama Nafisah, utusan Khadijah r.a yang datang untuk menjalin hubungan kekeluargaan. Utusan peribadi Khadijah itu bertanya:

Nafisah : “Muhammad, kenapa engkau masih belum berfikir mencari isteri?”
Muhammad SAW menjawab: “Hasrat ada, tetapi kesanggupan belum ada.”

Nafisah “Bagaimana kalau seandainya ada yang hendak menyediakan nafkah? Lalu engkau mendapat seorang isteri yang baik, cantik, berharta, berbangsa dan sekufu pula denganmu, apakah engkau akan menolaknya?”

Rasulullah SAW: “Siapakah dia?” tanya Muhammad SAW.

Nafisah : “Khadijah!” Nafisah berterus terang. “Asalkan engkau bersedia, sempurnalah segalanya. Urusannya serahkan kepadaku!”

Usaha Nafisah berhasil. Ia meninggalkan putera utama Bani Hasyim dan langsung menemui Khadijah r.a, menceritakan kesediaan Muhammad SAW. Setelah Muhammad SAW menerimapemberitahuan dari saudara-saudaranya tentang hasil pertemuan dengan Khadijah r.a, maka baginda tidak keberatan mendapatkan seorang janda yang usianya lima belas tahun lebih tua daripadanya.

Betapa tidak setuju, apakah yang kurang pada Khadijah? Ia wanita bangsawan, cantik, hartawan, budiman. Dan yang utama karena hatinya telah dibukakan Tuhan untuk mencintainya, telah ditakdirkan akan dijodohkan dengannya. Kalau dikatakan janda, biarlah! Ia memang janda umur empat puluh, tapi janda yang masih segar, bertubuh ramping, berkulit putih dan bermata jeli. Maka diadakanlah majlis yang penuh keindahan itu.

Hadir Waraqah bin Naufal dan beberapa orang-orang terkemuka Arab yang sengaja dijemput. Abu Thalib dengan resmi meminang Khadijah r.a kepada saudara sepupunya. Orang tua bijaksana itu setuju. Tetapi dia meminta tempoh untuk berunding dengan wanita yang berkenaan.

Pernikahan Muhammad dengan Khadijah

Khadijah r.a diminta pendapat. Dengan jujur ia berkata kepada Waraqah: “Hai anak sepupuku, betapa aku akan menolak Muhammad SAW padahal ia sangat amanah, memiliki keperibadian yang luhur, kemuliaan dan keturunan bangsawan, lagi pula pertalian kekeluargaannya luas”. “Benar katamu, Khadijah, hanya saja ia tak berharta”, ujar Waraqah. “Kalau ia tak berharta, maka aku cukup berharta. Aku tak memerlukan harta lelaki. Kuwakilkan kepadamu untuk menikahkan aku dengannya,” demikian Khadijah r.a menyerahkan urusannya.

Waraqah bin Naufal kembali mendatangi Abu Thalib memberitakan bahwa dari pihak keluarga perempuan sudah bulat mufakat dan merestui bakal pernikahan kedua mempelai. Lamaran diterima dengan persetujuan mas kawin lima ratus dirham. Abu Bakar r.a, yang kelak mendapat sebutan “Ash-Shiddiq”, sahabat akrab Muhammad SAW. sejak dari masa kecil, memberikan sumbangan pakaian indah buatan Mesir, yang melambangkan kebangsawaan Quraisy, sebagaimana layaknya dipakai dalam upacara adat istiadat pernikahan agung, apalagi karena yang akan dinikahi adalah seorang hartawan dan bangsawan pula.

Peristiwa pernikahan Muhammad SAW dengan Khadijah r.a berlangsung pada hari Jum’at, dua bulan sesudah kembali dari perjalanan niaga ke negeri Syam. Bertindak sebagai wali Khadijah r.a ialah pamannya bernama ‘Amir bin Asad.

Waraqah bin Naufal membacakan khutbah pernikahan dengan fasih, disambut oleh Abu Thalib sebagai berikut: “Alhamdu Lillaah, segala puji bagi Allah Yang menciptakan kita keturunan (Nabi) Ibrahim, benih (Nabi) Ismail, anak cucu Ma’ad, dari keturunan Mudhar. “Begitupun kita memuji Allah SWT Yang menjadikan kita penjaga rumah-Nya, pengawal Tanah Haram-Nya yang aman sejahtera, dan menjadikan kita hakim terhadap sesama manusia.
“Sesungguhnya anak saudaraku ini, Muhammad bin Abdullah, kalau akan ditimbang dengan laki-laki manapun juga, niscaya ia lebih berat dari mereka sekalian. Walaupun ia tidak berharta, namun harta benda itu adalah bayang-bayang yang akan hilang dan sesuatu yang akan cepat perginya. Akan tetapi Muhammad SAW, tuan-tuan sudah mengenalinya siapa dia. Dia telah melamar Khadijah binti Khuwailid. Dia akan memberikan mas kawin lima ratus dirham yang akan segera dibayarnya dengan tunai dari hartaku sendiri dan saudara-saudaraku.

“Demi Allah SWT, sesungguhnya aku mempunyai firasat tentang dirinya bahwa sesudah ini, yakni di saat-saat mendatang, ia akan memperolehi berita gembira (albasyaarah) serta pengalaman-pengalaman hebat. “Semoga Allah memberkati pernikahan ini”. Penyambutan untuk memeriahkan majlis pernikahan itu sangat meriah di rumah mempelai perempuan. Puluhan anak-anak lelaki dan perempuan berdiri berbaris di pintu sebelah kanan di sepanjang lorong yang dilalui oleh mempelai lelaki, mengucapkan salam marhaban kepada mempelai dan menghamburkan harum-haruman kepada para tamu dan pengiring.

Selesai upacara dan tamu-tamu bubar, Khadijah r.a membuka isi hati kepada suaminya dengan ucapan: “Hai Al-Amiin, bergembiralah! Semua harta kekayaan ini baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, yang terdiri dari bangunan-bangunan, rumah-rumah, barang-barang dagangan, hamba-hamba sahaya adalah menjadi milikmu. Engkau bebas membelanjakannya ke jalan mana yang engkau redhai !”

Itulah sebagaimana Firman Allah SWT yang bermaksud: “Dan Dia (Allah) mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kekayaan”. (Adh-Dhuhaa:

Alangkah bahagianya kedua pasangan mulia itu, hidup sebagai suami isteri yang sekufu, sehaluan, serasi dan secita-cita.

Dijamin Masuk Syurga

Khadijah r.a mendampingi Muhammad SAW. selama dua puluh enam tahun, yakni enam belas tahun sebelum dilantik menjadi Nabi, dan sepuluh tahun sesudah masa kenabian. Ia isteri tunggal, tak ada duanya, bercerai karena kematian. Tahun wafatnya disebut “Tahun Kesedihan” (‘Aamul Huzni).

Khadijah r.a adalah orang pertama sekali beriman kepada Rasulullah SAW. ketika wahyu pertama turun dari langit. Tidak ada yang mendahuluinya. Ketika Rasulullah SAW menceritakan pengalamannya pada peristiwa turunnya wahyu pertama yang disampaikan Jibril ‘alaihissalam, dimana beliau merasa ketakutan dan menggigil menyaksikan bentuk Jibril a.s dalam rupa aslinya, maka Khadijahlah yang pertama dapat mengerti makna peristiwa itu dan menghiburnya, sambil berkata:

“Bergembiralah dan tenteramkanlah hatimu. Demi Allah SWT yang menguasai diri Khadijah r.a, engkau ini benar-benar akan menjadi Nabi Pesuruh Allah bagi umat kita. “Allah SWT tidak akan mengecewakanmu. Bukankah engkau orang yang senantiasa berusaha untuk menghubungkan tali persaudaraan? Bukankah engkau selalu berkata benar? Bukankah engkau senantiasa menyantuni anak yatim piatu, menghormati tamu dan mengulurkan bantuan kepada setiap orang yang ditimpa kemalangan dan musibah?”

Khadijah r.a membela suaminya dengan harta dan dirinya di dalam menegakkan kalimah tauhid, serta selalu menghiburnya dalam duka derita yang dialaminya dari gangguan kaumnya yang masih ingkar terhadap kebenaran agama Islam, menangkis segala serangan caci maki yang dilancarkan oleh bangsawan-bangsawan dan hartawan Quraisy. Layaklah kalau Khadijah r.a mendapat keistimewaan khusus yang tidak dimiliki oleh wanita-wanita lain yaitu, menerima ucapan salam dari Allah SWT. yang disampaikan oleh malaikat Jibril a.s kepada Rasulullah SAW. disertai salam dari Jibril a.s peribadi untuk disampaikan kepada Khadijah radiallahu ‘anha serta dihiburnya dengan syurga.

Kesetiaan Khadijah r.a diimbangi oleh kecintaan Nabi SAW kepadanya tanpa terbatas. Nabi SAW pernah berkata: “Wanita yang utama dan yang pertama akan masuk Syurga ialah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad SAW., Maryam binti ‘Imran dan Asyiah binti Muzaahim, isteri Fir’aun”.

Wanita Terbaik

Sanjungan lain yang banyak kali diucapkan Rasulullah SAW. terhadap peribadi Khadijah r.a ialah: “Dia adalah seorang wanita yang terbaik, karena dia telah percaya dan beriman kepadaku di saat orang lain masih dalam kebimbanga, dia telah membenarkan aku di saat orang lain mendustakanku; dia telah mengorbankan semua harta bendanya ketika orang lain mencegah kemurahannya terhadapku; dan dia telah melahirkan bagiku beberapa putera-puteri yang tidak ku dapatkan dari isteri-isteri yang lain”.

Putera-puteri Rasulullah SAW. dari Khadijah r.a sebanyak tujuh orang: tiga lelaki (kesemuanya meninggal di waktu kecil) dan empat wanita. Salah satu dari puterinya bernama Fatimah, dinikahkan dengan Ali bin Abu Thalib, sama-sama sesuku Bani Hasyim. Keturunan dari kedua pasangan inilah yang dianggap sebagai keturunan langsung dari Rasulullah SAW.

Perjuangan Khadijah

Tatkala Nabi SAW mengalami rintangan dan gangguan dari kaum lelaki Quraisy, maka di sampingnya berdiri dua orang wanita. Kedua wanita itu berdiri di belakang da’wah Islamiah, mendukung dan bekerja keras mengabdi kepada pemimpinnya, Muhammad SAW : Khadijah bin Khuwailid dan Fatimah binti Asad. Oleh karena itu Khadijah berhak menjadi wanita terbaik di dunia. Bagaimana tidak menjadi seperti itu, dia adalah Ummul Mu’minin, sebaik-baik isteri dan teladan yang baik bagi mereka yang mengikuti teladannya.

Khadijah menyiapkan sebuah rumah yang nyaman bagi Nabi SAW sebelum beliau diangkat menjadi Nabi dan membantunya ketika merenung di Gua Hira’. Khadijah adalah wanita pertama yang beriman kepadanya ketika Nabi SAW berdoa (memohon) kepada Tuhannya. Khadijah adalah sebaik-baik wanita yang menolongnya dengan jiwa, harta dan keluarga. Peri hidupnya harum, kehidupannya penuh dengan kebajikan dan jiwanya sarat dengan kebaikan.

Rasulullah SAW bersabda :”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang ingkar, dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan dan dia menolongku dengan hartanya ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa.”

Kenapa kita bersusah payah mencari teladan di sana-sini, padahal di hadapan kita ada “wanita terbaik di dunia,” Khadijah binti Khuwailid, Ummul Mu’minin yang setia dan taat, yang bergaul secara baik dengan suami dan membantunya di waktu berkhalwat sebelum diangkat menjadi Nabi dan meneguhkan serta membenarkannya.

Khadijah mendahului semua orang dalam beriman kepada risalahnya, dan membantu beliau serta kaum Muslimin dengan jiwa, harta dan keluarga. Maka Allah SWT membalas jasanya terhadap agama dan Nabi-Nya dengan sebaik-baik balasan dan memberinya kesenangan dan kenikmatan di dalam istananya, sebagaimana yang diceritakan Nabi SAW, kepadanya pada masa hidupnya.

Ketika Jibril A.S. datang kepada Nabi SAW, dia berkata :”Wahai, Rasulullah, inilah Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah dan makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan salam kepadanya dari Tuhannya dan aku, dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga dari mutiara yang tiada keributan di dalamnya dan tidak ada kepayahan.” [HR. Bukhari dalam "Fadhaail Ashhaabin Nabi SAW. Imam Adz-Dzahabi berkata:"Keshahihannya telah disepakati."]

Bukankah istana ini lebih baik daripada istana-istana di dunia, hai, orang-orang yang terpedaya oleh dunia ? Sayidah Khadijah r.a. adalah wanita pertama yang bergabung dengan rombongan orang Mu’min yang orang pertama yang beriman kepada Allah di bumi sesudah Nabi SAW. Khadijah r.a. membawa panji bersama Rasulullah SAW sejak saat pertama, berjihad dan bekerja keras. Dia habiskan kekayaannya dan memusuhi kaumnya. Dia berdiri di belakang suami dan Nabinya hingga nafas terakhir, dan patut menjadi teladan tertinggi bagi para wanita.

Betapa tidak, karena Khadijah r.a. adalah pendukung Nabi SAW sejak awal kenabian. Ar-Ruuhul Amiin telah turun kepadanya pertama kali di sebuah gua di dalam gunung, lalu menyuruhnya membaca ayat-ayat Kitab yang mulia, sesuai yang dikehendaki Allah SWT. Kemudian dia menampakkan diri di jalannya, antara langit dan bumi. Dia tidak menoleh ke kanan maupun ke kiri sehingga Nabi SAW melihatnya, lalu dia berhenti, tidak maju dan tidak mundur. Semua itu terjadi ketika Nabi SAW berada di antara jalan-jalan gunung dalam keadaan kesepian, tiada penghibur, teman, pembantu maupun penolong.

Nabi SAW tetap dalam sikap yang demikian itu hingga malaikat meninggalkannya. Kemudian, beliau pergi kepada Khadijah dalam keadaan takut akibat yang didengar dan dilihatnya. Ketika melihatnya, Khadijah berkata :”Dari mana engkau, wahai, Abal Qasim ? Demi Allah, aku telah mengirim beberapa utusan untuk mencarimu hingga mereka tiba di Mekkah, kemudian kembali kepadaku.” Maka Rasulullah SAW menceritakan kisahnya kepada Khadijah r.a.

Khadijah r.a. berkata :”Gembiralah dan teguhlah, wahai, putera pamanku. Demi Allah yang menguasai nyawaku, sungguh aku berharap engkau menjadi Nabi umat ini.” Nabi SAW tidak mendapatkan darinya, kecuali pe neguhan bagi hatinya, penggembiraan bagi dirinya dan dukungan bagi urusannya. Nabi SAW tidak pernah mendapatkan darinya sesuatu yang menyedihkan, baik berupa penolakan, pendustaan, ejekan terhadapnya atau penghindaran darinya. Akan tetapi Khadijah melapangkan dadanya, melenyapkan kesedihan, mendinginkan hati dan meringankan urusannya. Demikian hendaknya wanita ideal.

Itulah dia, Khadijah r.a., yang Allah SWT telah mengirim salam kepadanya. Maka turunlah Jibril A.S. menyampaikan salam itu kepada Rasul SAW seraya berkata kepadanya :”Sampaikan kepada Khadijah salam dari Tuhannya. Kemudian Rasulullah SAW bersabda :”Wahai Khadijah, ini Jibril menyampaikan salam kepadamu dari Tuhanmu.” Maka Khadijah r.a. menjawab :”Allah yang menurunkan salam (kesejahteraan), dari-Nya berasal salam (kesejahteraan), dan kepada Jibril semoga diberikan salam (kesejahteraan).”

Sesungguhnya ia adalah kedudukan yang tidak diperoleh seorang pun di antara para shahabat yang terdahulu dan pertama masuk Islam serta khulafaur rasyidin. Hal itu disebabkan sikap Khadijah r.a. pada saat pertama lebih agung dan lebih besar daripada semua sikap yang mendukung da’wah itu sesudahnya. Sesungguhnya Khadijah r.a. merupakan nikmat Allah yang besar bagi Rasulullah SAW. Khadijah mendampingi Nabi SAW selama seperempat abad, berbuat baik kepadanya di saat beliau gelisah, menolongnya di waktu-waktu yang sulit, membantunya dalam menyampaikan risalahnya, ikut serta merasakan penderitaan yang pahit pada saat jihad dan menolong- nya dengan jiwa dan hartanya.

Rasulullah SAW bersabda :”Khadijah beriman kepadaku ketika orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa. Allah mengaruniai aku anak darinya dan mengharamkan bagiku anak dari selain dia.” [HR. Imam Ahmad dalam "Musnad"-nya, 6/118]

Diriwayatkan dalam hadits shahih, dari Abu Hurairah r.a., dia berkata :”Jibril datang kepada Nabi SAW, lalu berkata :”Wahai, Rasulullah, ini Khadijah telah datang membawa sebuah wadah berisi kuah, makanan atau minuman. Apabila dia datang kepadamu, sampaikan kepadanya salam dari Tuhan-nya dan beritahukan kepadanya tentang sebuah rumah di syurga, (terbuat) dari mutiara yang tiada suara ribut di dalamnya dan tiada kepayahan.” [Shahih Bukhari, Bab Perkawinan Nabi SAW dengan Khadijah dan Keutamaannya, 1/539]

rujukan:Tokoh-tokoh Wanita di Sekitar Rasulullah SAW karangan Muhammad Ibrahim Saliim

Friday, August 5, 2011

Profile cucu nabi Sayyidina Hussin

Sayyidina Hussin dilahirkan di Kota Madinah pada 5 Sya’ban, tahun 4 Hijrah. Perbezaan umur di antara Sayyidina Hussin dan abangnya Sayyidina Hassan adalah setahun sepuluh bulan. Lahirnya Sayyidina Hussin turut menambahkan kegembiraan Rasulullah SAW. Baginda yang memberi nama “Hussin” itu yang bermaksud, “Si kecil cantik”.

Sewaktu menyambut kelahiran cucu lelakinya yang kedua itu, Rasulullah SAW begitu ceria. Sewaktu memangku cucunya itu, tiba-tiba wajah baginda berubah. Orang-orang yang berada di keliling baginda merasa hairan mengapa wajah baginda tiba-tiba berubah sedih. Rupanya Rasulullah SAW sudah tahu bahwa akhir hidup Sayyidina Hussin amatlah menyedihkan di mana beliau akan dibunuh dengan kejam.

Sebagai cucu yang selalu dipanggil sebagai puteranya, Rasulullah SAW sangat sayang sekali dengan Sayyidina Hussin. Pada suatu hari, ketika masih kecil, Sayyidina Hussin kelihatan bertengkar dengan abangnya Sayyidina Hassan di hadapan baginda dan ibu mereka, Siti Fatimah. Perkara seperti itu biasa berlaku di kalangan kanak-kanak. Rasulullah SAW segera menegur Hassan. Siti Fatimah merasa kurang senang melihat sikap Rasulullah SAW menegur seorang saja dari kedua cucunya itu. Maka Siti Fatimah berkata:

“Wahai ayah, kenapa menegur Hassan saja?”

“Karena Jibril sudah menegur Hussin,” jawab baginda.

Tatkala kecilnya Sayyidina Hussin selalu berada di sisi datokya, sewaktu baginda sedang mengajar para Sahabat. Maka dia mendapat pelbagai ilmu dan contoh teladan dari datoknya itu secara langsung. Sebagaimana abangnya, Sayyidina Hussin juga seorang yang cerdik. Dia telah dapat menghafal hadith-hadith Rasulullah semenjak kecil.

Sayyidina Hussin memang ditakdirkan Allah untuk menjadi seorang yang agung di kalangan umat Islam. Semenjak kecil, beliau menunjukkan contoh-contoh akhlak yang terpuji sebagai mewarisi sifat-sifat ayah dan kakeknya. Semenjak kecil juga, beliau telah menunjukkan sifat berani sebagaimana ayahnya juga. Setelah kewafatan Rasulullah, yakni waktu Sayyidina Umar Al Khattab menjadi Khalifah, ketika beliau sedang memberi khutbah di mimbar, Sayyidina Hussin yang masih kanak-kanak telah berkata kepada Sayyidina Umar dengan beraninya,

“Turun engkau dari mimbar ayahku (Rasulullah SAW) dan pergilah berkhutbah di atas mimbar ayahmu.”

Sayyidina Umar yang suka merendah diri menjawab dengan lembut kepada cucu kesayangan Rasulullah itu,

“Ayahku tidak mempunyai mimbar seperti ayahmu.”

Sayyidina Umar turun dari mimbar dan mengangkat Sayyidina Hussin untuk duduk di sebelahnya sebelum menyambung khutbahnya. Demikian beraninya Sayyidina Hussin waktu kecilnya.[/box]

[box title=Pembunuhan Sayyidina Hussin di Karbala]Dalam hal keberanian, Sayyidina Hussin melebihi Sayyidina Hassan, abangnya. Demikianlah yang telah diwariskan dari Rasulullah SAW untuknya. Belaiu banyak menyertai peperangan bersama umat Islam.

Sewaktu kewafatan Khalifah Sayyidina Ali, Sayyidina Hassan telah dilantik sebagai khalifah. Demi menjaga perpaduan umat Islam, akhirnya Sayyidina Hassan menyerahkan jawatan itu kepada Sayyidina Muawiyah. Sayyidina Hussin tidak setuju dengan tindakan abangnya itu. Namun karena menghormati abangnya, maka Sayyidina Hussin mengalah.

Sebelum Muawiyah meninggal, beliau telah berwasiat agar anaknya Yazid menggantikan tempatnya setelah dia tiada. Waktu itu Yazid memaksa semua para Sahabat membuat pengakuan taat setia kepadanya. Ketika itu Sayyidina Hussin telah berangkat meninggalkan Kufah, menuju ke Madinah. Sebenarnya ramai yang tidak setuju dengan perlantikan Yazid itu. Penyokong-penyokong Sayyidina Hussin mengutus surat kepadanya agar dia kembali ke Kufah untuk dilantik sebagai Khalifah. Penduduk Kufah enggan menerima Yazid sebagai khalifah.

Sebelum kembali ke Kufah, Sayyidina Hussin telah mengantar utusannya untuk menyelidiki apakah benar isi kandungan surat itu. Setelah ternyata ia benar maka Sayyidina Hussin bersiap-siap untuk membawa kaum keluarganya kembali ke Kufah. Sayyidina Hussin yang sangat baik, tidak sedikit pun menaruh prasangka bahwa suatu yang buruk akan menimpa dirinya dan ahlul bait yang lain.

Para Sahabat Rasulullah yang masih hidup ketika itu menasehati Sayyidina Hussin agar jangan kembali ke Kufah karena keadaan ketika itu sangat bahaya. Kerabatnya yang terdekat iaitu Abdullah bin Abbas telah bersungguh-sungguh mencoba menghalangi Sayyidina Hussin namun Sayyidina Hussin tetap dengan pendiriannya. Kemudian Abdullah menasehainya pula agar jangan membawa ahli-ahli keluarga karena bimbang jika apa yang menimpa Khalifah Uthman bin Affan juga akan menimpa Sayyidina Hussin. Sewaktu Khalifah Uthman dibunuh oleh pemberontak, peristiwa itu disaksikan oleh ahli keluarganya sendiri. Abdullah bimbang jika keluarga dan keturunan Rasulullah SAW akan dibunuh semuanya.

Sayyidina Hussin tetap mau membawa keluarganya bersama. Maka akhirnya rombongan Sayyidina Hussin yang terdiri dari 72 orang pun berangkat ke Kufah. Kebanyakan anggota rombongan adalah wanita dan kanak-kanak termasuk anak Sayyidina Hussin iaitu Ali Zainal Abidin yang sedang meningkat remaja.

Ada pihak memberitahu Yazid bahwa Sayyidina Hussin hendak merampas kuasa. Maka Yazid telah menghantar tentaranya untuk menghalangi Sayyidina Hussin dari dibaiat oleh pendududk Kufah. Ada riwayat yang menyatakan bahwa Yazid cuma mengarahkan tenteranya untuk mengintrogasi, bukan untuk membunuh Sayyidina Hussin dan keluarganya. Namun, apa yang berlaku seterusnya sungguh sangat menyayat hati.

Rombongan Sayyidina Hussin yang seramai 72 orang itu terpaksa berhadapan dengan tentara Yazid sebanyak 4000 orang! Terjadilah peristiwa berdarah di Karbala. Pembunuhan kejam terhadap kaum keluarga Rasulullah SAW di Karbala itu berlaku pada 10 Muharram tahun 61 Hijrah. Pertempuran itu telah menyebabkan hampir seluruh anggota rombongan Sayyidina Hussin dibunuh.

Pertempuran itu berlaku dari waktu subuh hingga ke waktu Asar. Sungguhpun rombongan Sayyidina Hussin, kecil jumlahnya namun mereka bermati-matian mempertahankan diri. Dalam perang itu, Sayyidina Hussin menunjukkan keberanian luar biasa. Walaupun dalam keadaan sulit dan bahaya, beliau sempat mengerjakan solat Zuhur dan Asar.

Apabila hampir senja, tinggal beberapa orang saja dari kalangan keluarga Sayyidina Hussin sedangkan pihak musuh telah kehilangan hampir 1000 orang tentaranya. Pertempuran yang berlangsung begitu lama menunjukkan betapa hebatnya Sayyidina Hussin dan anak-anak buahnya menentang musuh. Akhirnya Sayyidina Hussin menemui ajalnya apabila sebatang anak panah tiba-tiba mengenai tubuhnya, tepat di bagian jantungnya. Dalam keadaan berlumuran darah dan amat letih setelah sehari suntuk berperang, Sayyidina Hussin menghembuskan nafasnya yang terakhir di padang Karbala itu.

Kata-kata terakhir yang diucapkannya,

“Oh Tuhan, mereka telah membunuh putera Nabi Mu sedangkan di dunia ini tiada lagi putera Nabi selain aku.”

Dalam perang itu mereka yang selamat adalah wanita dan kanak-kanak termasuklah adik Sayyidina Hussin, iaitu Zainab Al Kubra dan anak Sayyidina Hussin iaitu Ali Zainal Abidin. Ali Zainal Abidin lah yang menjadi penyambung keturunan Rasulullah. Dia juga nyaris dibunuh tetapi Tuhan mengkehendaki agar bersambungnya keturunan Rasulullah, maka dia selamat.

Kepala Sayyidina Hussin telah dipotong dan dihantar kepada Yazid. Menurut sejarah, Yazid menangis apabila melihat kepala cucu Rasulullah itu. Beliau mengarahkan agar kepala itu dihantar ke Madinah berserta keluarga dan anaknya, dengan upacara kehormatan dan kemuliaan. Tubuh Husain dikuburkan di Karbala, sedangkan kepalanya ditanam di Madinah, bersebelahan dengan makam ayah dan ibunya.[/box]
[box title=Keturunan Rasullulah SAW]
Demikainlah perginya cucu kesayangan Rasulullah SAW itu. Dia menjadi korban keganasan fitnah oleh golongan yang cinta dunia. Menurut suatu keterangan sejarah, tiada seorang pun dari mereka yang terlibat dalam pembunuhan Sayyidina Hussin dan ahlul bait di Karbala itu selamat. Allah telah menyegerakan hukuman untuk mereka di dunia lagi. Ada yang mati dibunuh, ada yang jadi buta, ada yang mukanya jadi hitam dan macam-macam lagi. Bahkan ada yang kehilangan kuasanya dalam waktu yang singkat. Mereka berniat untuk membunuh keturunan Rasulullah SAW tetapi Allah menyelamatkan Ali Zainal Abidin, anak lelaki tunggal Sayyidina Hussin sebagai penyambung zuriat baginda. Dari Ali Zainal Abidin, lahir ramai keturunan yang mulia dan suci ini.

sumber http://halaqah.net/v10/index.php?topic=5139.0

Profile cucu nabi Sayyidina Hassan

Sayyidina Hassan adalah cucu Rasulullah SAW dari puteri bungsu baginda yang paling disayanginya yaitu Siti Fatimah Az Zahra dan menantunya Sayyidina Ali, yang juga merupakan Sahabatnya yang sangat disayangi baginda.

Sayyidina Hassan lahir kira-kira sebulan sebelum Perang Uhud. Menurut ahli-ahli sejarah, tarikh lahirnya yang tepat ialah pada 15 Muharram. Namanya telah diberikan oleh baginda Rasulullah SAW sendiri. Nama ‘Hassan’ itu tidak pernah digunakan di Tanah Arab di zaman jahiliyah. Rasulullah SAW sangat gembira sekali dengan kelahiran Sayyidina Hassan.

Rasulullah SAW pernah bersabda bahwa Sayyidina Hassan adalah salah seorang penghuni Syurga dan seorang yang paling mirip wajahnya dengan baginda. Pernah baginda bersabda kepada Sayyidina Hassan sendiri:

“Engkau menyerupai aku baik tentang bentuk rupamu maupun tentang akhlak.”

Bahkan Sayyidina Ali sendiri pernah berkata:

“Hassan menyerupai Rasulullah dari dada sampai ke kepala. Tetapi Hussin menyerupai Rasulullah di bahagian-bahagian lainnya, dari dada sampai ke bawah.”

Pada suatu hari, Sayyidina Abu Bakar yang baru keluar dari masjid melihat Sayyidina Hassan yang masih kecil ketika itu. Sayyidina Abu Bakar segera mengejar mendapatkannya lalu memeluknya.

“Demi Allah, rupa engkau mirip sekali dengan Rasulullah dan lain sekali dari ayahmu, Ali.”

Mendengar kata-kata Sayyidina Abu Bakar, Sayyidina Hassan hanya tersenyum. Ayahnya, Sayyidina Ali yang berada di samping Sayyidina Abu Bakar, tertawa mendengar kata-katanya.

Rasulullah sangat sayang sekali terhadap cucunya ini. Baginda senantiasa ingin bersama cucunya sekali pun ketika hendak solat. Bahkan kadang-kadang juga ketika menerima wahyu dari malaikat Jibril as.[/box]

[box title=Kecantikan akhlah Sayyidina Hassan]Di masa kanak-kanaknya. Rasulullah sendiri yang mendidik Sayyidina Hassan dan adiknya Sayyidina Hussin dengan budi pekerti yang mulia. Sayyidina Hassan memang terkenal sebagai seorang kanak-kanak yang cerdik. Tatkala umurnya 4 tahun, beliau sudah dapat menghafal kalimat-kalimat suci yang didengar dari kakeknya yang mulia. Ketika berumur 8 tahun, dia sudah menghafal hadith-hadith Rasulullah SAW.

Ketika dewasa, Sayyidina Hassan menjadi seorang yang sangat dikenali dan dicintai oleh seluruh umat Islam ketika itu. Beliau seorang yang cantik serta elok rupanya ditambah dengan pribadinya yang mulia. Sayyidina Hassan adalah seorang yang berkulit putih kemerah-merahan. Biji matanya hitam dan besar. Mukanya berjambang, bertulang besar, pipinya halus, raut mukanya lembut serta berjanggut. Keadaan tubuhnya sedang dan cantik. Tidak tinggi dan tidak rendah. Sungguh Sayyidina Hassan adalah seorang yang cantik dan gagah. Siapa yang memandangnya akan tertarik padanya.

Sayyidina Hassan adalah seorang yang sangat bertaqwa kepada Allah dan paling baik akhlaknya. Beliau seorang yang tenang, halus budi bahasa serta pandai bergaul dengan orang lain. Kebanyakan kaum Muslimin yang hidup di zamannya sangat sayang kepadanya. Beliau sangat merendah diri dan suka bergaul dengan orang-orang miskin.

Kerapkali apabila melihat sekumpulan orang Islam sedang makan-makan, Sayyidina Hassan akan turun dari untanya untuk makan bersama mereka. Ada ketikanya beliau menjemput pula orang-orang yang kesusahan untuk datang ke rumahnya. Apabila mereka datang beramai-ramai, beliau akan menjamu mereka.

Sayyidina Hassan suka mendapatkan ilmu-ilmu dari para Sahabat Rasulullah SAW yang ketika itu sudah tua umurnya. Beliau juga suka mengajar siapa saja yang suka mendengar ajaran-ajarannya.

Karena taqwanya, menurut satu riwayat, ketika sedang mengambil wudhuk, mukanya tiba-tiba menjadi sangat pucat karena takut pada Allah. Demikian juga ketika beliau teringat soal mati. Ketika menceritakan tentang hari kebangkitan, beliau sering menangis terisak-isak.

Sayyidina Hassan terkenal sebagai seorang dermawan. Waktu hidupnya, beliau digelar, “Karimu ahlil bait” yang ertinya keluarga Rasulullah SAW yang paling dermawan. Beliau tidak pernah menghampakan harapan orang lain.

Sebagai seorang cucu baginda SAW, beliau adalah ibarat permata di zaman hidupnya karena memiliki budi pekerti yang mulia lagi terpuji. Sikapnya ramah, penyantun, rendah hati dan dermawan pula.

Pada suatu hari sedang Sayidina Hasan r.a duduk di muka pintu rumahnya, tiba-tiba datang seorang Arab Badwi lalu mencacinya. Dia turut juga mencaci ayah serta ibu Sayidina Hasan r.a. Anehnya Sayidina Hasan r.a hanya mendengar saja akan segala maki hamun orang itu tanpa sedikit pun berubah air mukanya, atau membuat serang balas terhadap orang yang biadab itu.

Kemudian ia berkata kepada Badwi itu:

“Wahai Badwi, adakah engkau lapar dan dahaga? Atau adakah sesuatu yang merungsingkan hati engkau?”

Tanpa mempedulikan kata-kata Sayidina Hasan r.a, Badwi itu terus memaki-makinya. Oleh itu Sayidina Hasan r.a pun menyuruh pelayan rumahnya supaya membawa kantung yang berisi uang perak lantas diberikannya kepada Badwi itu sambil berkata:

“Wahai Badwi, maafkanlah saya karena inilah saja yang saya miliki. Jika ada yang lebih tidak akan saya sembunyikan darimu.”

Sikap dan layanan Sayidina Hasan r.a yang mengejutkan itu akhirnya berhasil melembutkan hati Badwi tersebut. Tiba-tiba Badwi itu menangis terisak-isak lantas sujud di kaki Sayidina Hasan bin Ali r.a sambil berkata:

“Wahai cucu baginda Rasul. Maafkanlah aku karena berlaku kasar terhadapmu. Sebenarnya aku sengaja berbuat begini untuk menguji kebaikan budi pekertimu sebagai cucu Rasulullah SAW yang sangat aku kasihi. Sekarang yakinlah aku bahwa engkau hai cucu Rasul, sesungguhnya mempunyai pekerti yang mulia sekali.”

Demikianlah satu contoh keindahan budi yang tiada taranya. Sayidina Hasan r.a yang kena maki hamun itu bukan saja dapat bersabar terhadap segala cubaan itu bahkan membalasnya pula dengan sikapnya yang lembut serta pemurah pula.
[/box]
[box title=Kematian Sayyidina Hassan]Semasa pemerintahan Khalifah Uthman ibnu Affan, Sayyidina Hassan telah sempurna menjadi seorang yang dewasa. Ketika itu beliau termasuk dalam golongan ulama yang terkemuka. Ketika timbul kekacauan semasa pemerintahan Khalifah Uthman, Sayyidina Ali menyuruh kedua puteranya supaya menjaga keselamatan Sayyidina Uthman di rumahnya. Ketika itu rumahnya sedang dikepung oleh pemberontak. Maka Sayyidina Hassan dan Hussin segera melaksanakan kehendak ayah mereka tetapi Khalifah Uthman meminta mereka pulang. Apabila Khalifah Uthman dibunuh, Sayyidina Ali sangat marah terhadap kedua puteranya karena tidak melindungi Khalifah Uthman walhal Khalifah sendiri menolak pertolongan mereka.

Apabila Sayyidina Ali naik menjadi Khalifah maka kedua-dua puteranya berazam untuk membela serta melindungi ayah mereka tercinta. Apabila ayah mereka mati dibunuh pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 Hijrah maka Sayyidina Hassan dan Hussin telah menuntut bela dan berjaya membunuh orang yang membunuh ayah mereka. Tidak lama kemudian, Sayyidina Hassan pula dilantik oleh kaum Muslimin menjadi Khalifah menggantikan ayahnya.

Sebenarnya Sayyidina Hassan sendiri tidak suka menjadi khalifah. Ketika itu, ada di kalangan muslimin yang menginginkan Sayyidina Muawiyah bin Abu Sufian untuk naik sebagai khalifah. Maka timbullah perbedaan antara penyokong Sayyidina Hassan dan penyokong Sayyidina Muawiyah. Sayyidina Hassan suka akan perdamaian. Keadaan yang berpecah belah itu sangat tidak disukai olehnya. Khalifah Hassan sempat memerintah wilayah Iraq serta wilayah-wilayah di sekelilingnya seperti Khurasan, Hujaz dan Yaman selama 7 bulan. Tetapi semasa pemerintahannya, dunia Islam telah penuh kekacauan. Demi menyatu padukan umat Islam, maka Sayyidina Hassan sanggup menyerahkan jawatan khalifah kepada Sayyidina Muawiyah.

“Aku sama sekali tidak ingin memerintah umat Muhammad jika dengan itu aku harus menumpahkan darah walau hanya secangkir.”

Demikianlah kata-kata Sayyidina Hassan. Rasulullah SAW sendiri, sewaktu hidupnya telah mengetahui bahwa cucunya itu mempunyai akhlak yang terpuji, lemah-lembut dan memiliki hati yang halus. Sabda baginda:

“Anakku ini adalah penghulu ( Sayyid ). Mudah-mudahan Allah akan mendamaikan dengan sebab Hassan, dua golongan kaum Muslimin yang sedang bermusuh-musuhan.”

Sayyidina Hassan meninggal dunia setelah diracun. Kematiannya disaksikan dengan perasaan sedih oleh adiknya, Sayyidina Hussin yang sangat mengasihinya.

sumber http://halaqah.net/v10/index.php?topic=5139.0

Monday, August 1, 2011

berhenti sekejap (tama'ninah)

2 bulan aku berada di rumah, adalah tempoh masa di mana selepas tamat belajar yg paling lama aku tak buat apa. hanya duduk di rumah. selama masa ini berjalan, aku hanya duduk di rumah, tidak bekerja. tapi otak yang byk bekerja, berfikir dan muhasabah kembali matlamat hidup. utk siapa hidup ini, apa yg aku ingin kan, siapa yang harus aku ikut menjadi model hidup ini.

merenung kembali zaman persekolahan sek men dahulu yang aku amat gemar membaca buku kisah kisah mengenai wali wali, ulama ulama dan kisah nabi nabi terdahulu. jika itu dulu, sekarang sudah lain. aku sudah tidak byk meluang masa utk membaca buku mengenai itu. aku lebih fokus kepada academic. nilai nilai agama sudah lama tidak kedengaran dalam telinga ini.

kini kehidupan lebih terarah kepada seni. seni hiburan. apakah makna seni hiburan? entah macam mana masyarakat muda sekarang mudah terpedaya dengan popular menjadi artis. bila menjadi artis bangga. aku pun terpedaya sebenarnya, kerana dunia hiburan terlampau ini telah dicipta oleh masyarakat barat sehingga menyebabkan kita terleka dengan alam ciptaan mereka. apa yg kita baca, kita tonton di media di tv, radio, internet adalah semua telah di kawal barat. ada apa dgn popular di dunia jika tidak popular di akhirat. kita perlu kejar popularity di akhirat kawan2. Kita telah di hipnotise oleh barat!!!

kesedaran selama berhenti sekejap selama 2 bln telah membuatkan aku menekan butang reset balik kepada hidup ini mengenai matlamat hidup. adakah utk popular? adakah utk kepuasan semata2? adakah utk nama? sebenarnya hidup ini sepatutnya pengabadian kepada-NYA dan persiapan diri dan keluarga dalam menempuhi akhir zaman yg di katakan akan muncul fitnah Dajjal. Fitnah dajjal bkn cikit, tapi sgt besar dan kuat sehingga nabi pn risau kepada ummat nya dalam menghadapi dajjal, tapi kita ummatnya masih dalam dimensi ciptaan barat (berita dunia,sukan, hiburan, amalan politik,pengurusan economi).

zys

Sekitar majlis akad nikah dan kenduri kahwin

Alhamdullilah dengan sekali nafas aku telah selamat di ijabkabulkan dengan Isteriku Husna Bt Lutfi pukul 11 pagi pada 11 ogos...